ads

Telaga Sarangan Di Magetan magetan adalah sebuah kota yang terletak di Jawa Timur, Magetan memiliki keindahan alam yang sangat indah. Nama objek wisata tersebut adalah Telaga Sarangan, sebuah telaga yang cukup indah membahana. Telaga ini terletak di sebuah lereng gunung Lawu dimana kita akan menempuh  jalan yang cukup terjal untuk sampai di lokasi tersebut.

Telaga Sarangan Di Magetan
Telaga Sarangan
Telaga Sarangan ini dapat memberikan sensasi alam yang sangat memanjakan mata anda, anda dapat melihat pemandangan dari gunung tersebut ketika melakukan perjalanan hendak menuju telaga Sarangan. Dan ketika anda telah sampai di Telaga Sarangan tersebut, anda dapat menyaksikan ketenangan air telaga yang bagitu tenang sehingga memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi setiap orang yang mengunjunginya. Tempat ini merupakan temapt yang cukup dingin karena berada di dataran tinggi, suhunya mencapai 23 hingga 18 derajat celcius. Anda dapat menikmati telaga Sarangan tersebut dengan mengelilinginya dengan menggunakan sepeda air dengan berbagai bentuk yang dapat anda sewa di sana.

Suasana telaga sarangan sangat tidak membosankan anda  karena pemandangannya yang begitu indah. Di sana juga anda dapat menikmati makanan khas yaitu sate kelinci, yah makanan khas dari objek wisata Magetan yang satu ini adalah sate kelinci. Tak lengkap rasanya jika anda mengunjungi tempat ini tanpa menyantap makanan khasnya. Harga sate kelinci ini sangat terjangkau. Cukup dengan merogoh kocek sebesar Rp. 7000 rupiah untuk satu porsinya anda dapat mencicipi kelezatan dari daging kelinci tersebut.

Asal Usul Telaga Sarangan

Menurut penduduk setempat mereka sering menyebut Telaga Sarangan sebagai Telaga Pasir. Pulau yang ada di tengah telaga tersebut adalah tempat bersemayamnya roh leluhur pencipta Telaga Sarangan, yaitu Kyai Pasir dan Nyai pasir. Bisa disebut sebagai Telaga Pasir karena menurut legenda hingga sampai detik ini masih dipercayai oleh masyarakat sekitar telaga tersebut bahwa terbentuknya telaga tersebut berasal dari cerita sepasang suami istri yang bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir. Pasangan ini bertahun-tahun hidup berdampingan tetapi belum dikaruniai seorang anak pun. Lalu untuk mewujudkan agar pasangan ini mendapatkan keturunan, Kyai dan Nyai Pasir bersemedi dan memohon kepada Sang Hyang Widhi. Setelah mereka melakukan semedinya itu akhirmya mereka pun mendapatkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Joko Lelung. Agar keluarga itu bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, sehari-hari mereka bercocok tanam dan berburu. Karena menurut mereka pekerjaan yang di kerjakan itu sangatlah berat, maka pasangan ini memutuskan untuk bersemedi lagi untuk memohon kesehatan dan panjang umur kepada Sang Hyang Widhi. Dalam semedinya kali itu, pasangan suami tersebut mendapatkan wasiat agar keinginannya bisa terwujud, pasangan ini harus dapat menemukan dan memakan telur yang ada didekat ladang mereka. Akhirnya pasangan suami istri itu berhasil menemukan telur itu dan langsung di bawa pulang dan memasaknya. Lalu telur yang sudah matang itu dibagi untuk keduanya . setelah memakannya pasangan itu merasakan panas dan gatal di seluruh tubuhnya setelah ia pergi ke ladangnya. Pasangan suami itu terus menggaruk tubuhnya yang terasa gatal hingga menimbulkan luka lecet di seluruh tubuh mereka. Lama kelamaan keduanya berubah menjadi ular naga yang sangat besar. Lalu kedua ular tersebut berguling-guling di pasir sehingga menimbulkan cekungan yang kemudian mengeluarkan air yang sangat deras dan menggenamgi cekungan yang di buat oleh ular naga tersebut. Akhirnya pasangan tersebut menyadari kemampuan yang mereka miliki, mereka berniat untuk membuat cekungan yang banyak untuk menenggelamkan Gunung Lawu. Mengetahui kedua orang tuanya tiba-tiba berubah menjadi naga dan memiliki niat yang buruk, maka anaknya yaitu Joko Lelung pun juga bersemedi memohon agar niat kedua orang tuanya tersebut dapat digagalkan, dan semedi Joko Lelung pun diterima oleh Hyang Widhi. Saat keduan orang tuanya sedang berguling-guling membuat cekungan baru, lalu timbul wahyu kesadaran agar Kyai dan Nyai Pasir mengurungkan niat mereka untuk menenggelamkan Gunung Lawu.

Begitulah asal mula Telaga Sarangan yang sampai saat ini masih diyakini oleh penduduk setempat.

Post a Comment